Inilah Kaifiyat Atau Tata Cara Berbakti Kepada Orang Tua
Keutamaan dan pahala bagi anak yang berbakti kepada ibu bapaknya telah dijanjikan oleh Allah Azza Wajalla. Lalu bagaimanakah cara kita berbakti kepada mereka berdua. Berikut ini ulasannya.1. Bersikap santun dan lemah lembut kepada orang tua
Inilah sikap utama yang harus kita lakukan kepada orang tua. Berkata “uh” atau yang semisalnya saja tidak dibolehkan, apalagi berkata kasar. Para salaf pun telah memberikan teladannya.
Tersebutlah Abu Hurairah. Apabila Abu Hurairah ingin keluar rumah, maka beliau berdiri terlebih dahulu di depan pintu rumah ibunya seraya mengatakan, “Keselamatan untukmu, wahai ibuku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Ibunya menjawab, “Dan untukmu keselamatan wahai anakku, dan rahmat Allah serta barakahnya.” Abu Hurairah kemudian berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena engkau telah mendidikku semasa aku kecil.” Ibunya pun menjawab, “Dan semoga Allah merahmatimu karena engkau telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.”
2. Mematuhi perintah orang tua
Tentu saja, perintah yang tak bertentangan dengan syariat Allah. Apabila kita sedang diperintah oleh orang tua, maka tak ada alasan untuk tak mengindahkannya. Lihatlah Haiwah binti Syuraih seorang ulama besar di zamannya. Suatu hari ketika beliau sedang mengajar, ibunya memanggil. “Hai Haiwah, berdirilah! Berilah makan ayam-ayam dengan gandum.” Mendengar panggilan ibunya beliau lantas berdiri dan meninggalkan pengajiannya.
Demikian pula Usamah bin Zaid. Dia membeli sebatang pohon kurma yang harga mencapai seribu dirham kala itu. Lalu memotong dan mengambil jamarnya. (bagian batang kurma yang berwarna putih yang berada di jantung pohon kurma). Jamar tersebut lantas beliau suguhkan kepada ibunya. Melihat tindakan Usamah bin Zaid, banyak orang berkata kepadanya, “Mengapa engkau berbuat demikian, padahal engkau mengetahui bahwa harga satu pohon kurma itu seribu dirham.” Beliau menjawab, “Karena ibuku meminta jamar pohon kurma, dan tidaklah ibuku meminta sesuatu kepadaku yang bisa ku berikan pasti kuberikan.”
3. Mendoakan kebaikan atas orang tua
Hal ini merupakan bentuk birrul walidain yang juga dicontohkan oleh nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau berdoa:
Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat). (Ibrahim : 41)
Bahkan Rasulullah saw telah mengabarkan bahwa doa anak yang shalih kepada orang tuanya, menjadi salah satu asset akhirat yang senantiasa mengalir pahalanya.
Mendoakan orang tua tak harus menunggu mereka berdua wafat, tetapi tatkala mereka masih hidup pun kita berkewajiban mendoakannya. Meminta kepadaAllah Ta’ala untuk senantiasa menganugerahkan kesehatan, keimanan, hidayah, dan kebaikan-kebaikan lainnya.
4. Memelihara, melindungi, dan melayani kedua orang tua
Jika di saat kita masih dalam asuhan orang tua, kita selalu dijaga, dilindungi, bahkan dilayani. Apapun akan diusahakan oleh orang tua kita untuk bisa memenuhi kebutuhan dan permintaan kita. Nah, menjadi giliran kita untuk memelihara, melindungi, sekaligus melayani mereka berdua, tatkala mereka telah renta dan sepuh.
5. Menyambung silaturahim dengan saudara kandung orang tua
Jika orang tua kita telah wafat, maka tidak memutuskan silaturahim kemudian berbuat baik kepada saudara dan kerabat orang tua, maka hal termasuk dalam lingkup birrul walidain.
6. Bersabar dan menahan diri untuk tidak mencela orang tua
Bisa jadi ini menjadi kunci sukses seorang anak untuk meraih jannah. Demi menjaga keikhlasan yang berbalas pahala, maka kesabaran mutlak diperlukan. Menahan diri untuk tidak mencela dan mengumpat orang tua adalah aksi nyata kesabaran tersebut. Apalagi jika orang tua telah menjadi pikun, dan tak mampu mengendalikan akalnya, sehingga berbuat seolah anak kecil yang belum mumayiz.
Menyia-nyiakan dalam berbakti kepada orang tua, maka berarti telah menyia-nyiakan pula kesempatan besar meraih surga. Seperti tangisan Iyas bin Muawiyah, tatkala ibunya meninggal dunia, Iyas menangis, ada yang bertanya kepada beliau, “Mengapa engkau menangis?” Beliau menjawab, “Aku memiliki dua buah pintu yang terbuka untuk menuju surga dan sekarang salah satu pintu tersebut sudah tertutup.” Nah, jangan sampai kita menyesal. [muslimideal.com]
(Artikel ini juga dimuat di Majalah Dakwah Arsada)

0 komentar:
Posting Komentar